PENYATAAN PENDIRI INTERSASTRA
// INTERSASTRA’S FOUNDER’S STATEMENT
26 September 2021
(English below)
Pernyataan ini dibuat untuk menanggapi berbagai klaim yang dilontarkan tentang saya dan InterSastra oleh seorang mantan anggota tim InterSastra dan panitia CERITRANS di Twitter pada Juni 2021. Pernyataan InterSastra sebagai organisasi dibuat secara terpisah untuk mewakili tim, pernyataan itu menanggapi beberapa klaim yang tidak dibahas di sini, dan dapat dibaca di laman terpisah ini.
Klaim-klaim tersebut kami tanggapi dengan sangat serius. Saya membuat pernyataan ini, sebagai pribadi dan sebagai pendiri InterSastra, untuk merespons klaim-klaim tsb. dan sebagai upaya tanggung jawab dan transparansi saya terhadap publik dan semua yang pernah mendukung saya dan InterSastra.
Pernyataan ini saya buat setelah melalui proses pengumpulan bukti-bukti berupa kontrak dengan donor dan para kolaborator, rekaman komunikasi dengan berbagai pihak melalui WhatsApp dan email, serta dokumen-dokumen yang relevan lainnya; penyelesaian pelaporan program CERITRANS kepada donor; evaluasi internal dengan panitia CERITRANS dan tim InterSastra; penerimaan masukan dari para kolaborator CERITRANS; serta proses perenungan yang matang dan penulisan yang penuh perhatian, dengan memperhatikan kesehatan fisik dan mental diri sendiri dan semua anggota tim. Saya akan membahas klaim-klaim tsb. satu demi satu.
Latar belakang program CERITRANS
Mantan anggota tim di atas (yang bersangkutan/ybs.) bergabung dengan InterSastra pada Januari 2020 (bukan "beberapa tahun lalu" seperti dikatakannya). Sebelumnya ia pernah datang sebagai tamu pada sebuah acara lokakarya tari dan sebuah acara diskusi bersama mitra komunitas pada November dan Desember 2019. Setelah memberikan persetujuannya untuk bergabung, mantan anggota ybs. resmi masuk ke dalam tim dan grup WhatsApp internal InterSastra pada 12 Januari.
Pada Agustus 2020, InterSastra, diwakili oleh saya dan Gaia (anggota tim InterSastra dan kemudian panitia CERITRANS), berdiskusi dengan Sanggar Swara di mana Swara mengemukakan keinginan untuk menulis monolog mengangkat kisah-kisah teman-teman transpuan dan membuat festival trans yang "apik dan spektakuler" dengan menampilkan bakat-bakat yang mereka miliki, seperti menari, menyanyi, dan merias. Pada November 2020, saya mendapat informasi tentang sebuah hibah yang mungkin bisa digunakan untuk mewujudkan ide festival tsb., maka saya, Gaia, dan mantan anggota ybs. membuat proposal dan budget untuk melamar hibah tsb. Waktu itu, kami hanya punya waktu 1 minggu sebelum deadline. Kami menuangkan keinginan Swara membuat festival trans menjadi rangkaian lokakarya menulis untuk menyusun monolog atau kisah teman-teman transpuan dan rangkaian lokakarya pementasan serta pembuatan film pementasan, karena pada masa pandemi tentu kami tidak bisa mengadakan festival secara fisik. Proposal program hibah CERITRANS ditulis bersama-sama oleh saya, Gaia, dan mantan anggota ybs., di mana ketiganya merangkai dan menyetujui rangkaian kegiatan dan budget bersama-sama. Kami menerima konfirmasi proposal hibah kami lulus seleksi oleh donor pada Desember 2020.
Rangkaian kegiatan sesuai proposal dan kontrak adalah: 10 sesi lokakarya penulisan dan pementasan, dan sebuah perpustakaan digital/situsweb yang mencakup hasil-hasil karya tulis dan film pementasan. Karya-karya tulis tsb. diilustrasikan, diterjemahkan, diterbitkan, dan dicetak sebagai poster/stiker, lengkap dengan QR code yang menuju ke film pementasan, dan disebarluaskan di Indonesia dan UK. Proses bekerja dan berkarya juga akan dipublikasikan melalui kampanye media dan media sosial, serta didokumentasikan dalam bentuk foto dan video. Panitia juga akan menyediakan tim pendamping psikologis bagi para kolaborator transpuan, melakukan penilaian hasil kegiatan (impact assessment), menyediakan penerjemah bahasa isyarat dan kebutuhan akses lainnya sesuai kemampuan, dan melaksanakan sebuah diskusi publik. Sesuai persyaratan hibah, semua kegiatan mesti selesai pada akhir Juni 2021.
Pembagian tugas antara InterSastra dan inisiatif seni saya, Eliza Vitri & Infinity
Sesuai kontrak dengan donor, ybs. dan anggota tim InterSastra lainnya bertugas antara lain: merekrut tim pendamping psikologis, melaksanakan acara diskusi publik, mengelola kampanye media dan medsos, menerjemahkan karya, membantu mencetak dan menyebarluaskan karya, membantu desain kostum dan riasan untuk pementasan, dan menganalisa dampak program (impact assessment). Saya dan inisiatif seni saya, Eliza Vitri & Infinity, bertugas merekrut dan mensupervisi kolaborator kreatif seperti sutradara pementasan, kru film, pengembang situsweb, ilustrator, dan penerjemah; memandu lokakarya menulis; membimbing para kolaborator transpuan dalam mengedit dan memfinalisasikan karya mereka; mengorganisir percetakan dan penyebarluasan karya; serta mendokumentasikan karya-karya tulis dan film-film pementasan para kolaborator transpuan di situswebnya (CTC SEA 2020 ID 0141).
Pada praktiknya, tugas CERITRANS antara saya dan tim InterSastra sempat cukup melebur untuk membantu satu sama lain dan menanggapi kesediaan waktu kami yang berbeda-beda, meskipun saya tetap bertanggung jawab utama dalam perekrutan dan pengelolaan kerja kolaborator kreatif. Contohnya, kami bersama-sama membuat pedoman etika dan dokumen-dokumen lainnya, mencari pembicara untuk acara diskusi, membuat survei akhir dampak program, dan mensupervisi kerja pengembang situsweb. Beberapa tugas antara Gaia dan mantan anggota ybs. juga sempat meluas, antara lain karena inisiatif mereka sendiri dan komitmen mereka terhadap jalannya program CERITRANS dengan baik, cermat, terdokumentasi, dan beretika, misalnya pendekatan dengan tim media, tim dokumentasi, dan tim produksi film, pendampingan erat bagi para kolaborator transpuan, serta pembuatan dan supervisi sebagian konten media sosial. Saya sadar bahwa pekerjaan mereka berdua, terutama selama awal CERITRANS, ditambah dengan tanggung jawab mereka masing-masing sebagai co-captains InterSastra pada saat itu dan sebagai narahubung beberapa kolaborator InterSastra, tentunya tidak mudah, dan saya sangat mengapresiasi kerja mereka.
Komunikasi kami bertiga sebagai tim inti InterSastra dan CERITRANS tidak selalu sempurna tetapi terus berjalan, dan pada awal berjalannya program, tim ini mengomunikasikan beberapa isu kepada saya yang kemudian menjadi pembelajaran bagi saya, seperti yang akan saya jelaskan di bawah.
1) Klaim terkait pengambilan keputusan yang tidak konsultatif dan pembayaran kolaborator yang dikatakan tidak sesuai anggaran
Pada awal/masa persiapan program CERITRANS, di akhir bulan Januari, saya mempekerjakan dua orang kolaborator, sesuai dengan tugas saya merekrut kolaborator kreatif. Meskipun tim dan saya telah menyetujui orang-orang yang akan dipekerjakan untuk peran-peran tsb., saya merumuskan sendiri ruang lingkup kerja mereka yang saya nilai diperlukan untuk pelaksanaan program dan sepadan dengan nominal dana pada budget yang telah kami buat ketika mempersiapkan proposal hibah (budget versi awal). Walau saya melakukannya dengan niat terbaik untuk kelancaran program dan kerja sama tim (membagi tugas dan menuruti tenggat waktu/timeline yang sudah disepakati), saya kini menyadari bahwa dengan tidak melibatkan tim dan tidak mengomunikasikan secara jelas kepada tim terkait rincian kesepakatan bersama kedua kolaborator tsb., saya justru menyebabkan kebingungan dan masalah dalam jalannya program selanjutnya. Soal memburuknya komunikasi dengan tim akan dibahas lebih lanjut setelah poin nomor 4 di bawah. Saya telah minta maaf kepada tim untuk hal di atas, dan ke depan saya akan ingat untuk selalu melibatkan tim dalam merumuskan kerja sama dengan kolaborator.
Soal pembayaran kolaborator yang diklaim tidak sesuai anggaran: seperti yang saya katakan di atas, ketika saya mempekerjakan kolaborator tsb. pada akhir Januari, saya mengecek budget yang telah kami buat ketika mempersiapkan proposal hibah. Saya menawarkan nominal yang tertera di budget versi awal itu. Kemudian, tim memberitahu saya bahwa mesti ada penyesuaian budget dan bayaran kolaborator yang dianggap lebih adil dengan dana yang ada dan lingkup tugas yang dibutuhkan. Item-item penyesuaian budget untuk kolaborator memang sempat menjadi diskusi yang cukup panjang, tetapi akhirnya kami setuju untuk menyesuaikan budget. Karena dengan dana yang tersedia kami tidak bisa membayar anggota tim dan para kolaborator sesuai dengan standar industri, maka budget kami persiapkan dengan menggunakan sliding scale berdasar beban kerja, lama waktu kerja, serta pengalaman dan lingkup tanggung jawab. Saya lantas bicara dengan kolaborator yang bayarannya mesti disesuaikan itu, dan ia berkata bahwa ia mengerti. Ke depan, saya juga akan selalu memberi tahu tim sebelum memfinalisasi kesepakatan kerja dengan kolaborator, untuk mengantisipasi seandainya masih ada hal yang harus didiskusikan.
Setelah pengalaman ini, penyesuaian budget serta perekrutan dan perumusan tugas kolaborator selalu didiskusikan dengan semua anggota tim panitia CERITRANS.
2) Tentang klaim saya mengembangkan program CERITRANS di luar kemampuan dan budget
Lingkup kegiatan dan output CERITRANS tetap sesuai kesepakatan dan kontrak di awal: lokakarya menulis prosa dan puisi, lokakarya pementasan, penerjemahan dan penerbitan karya-karya tulis di situsweb/perpustakaan digital, film pementasan karya-karya tulis tsb., dan poster-stiker yang memuat versi singkat karya-karya tulis, lengkap ilustrasi dan QR code yang menuju ke film-film pementasan.
Saya memang pernah menyayangkan bahwa pertemuan awal dengan calon tim produksi film berlangsung ketika saya tidak bisa hadir. Pun betul saya pernah menawarkan ide konsep untuk film pementasan yang bisa jadi lebih kompleks atau lebih mahal daripada yang ditawarkan pada meeting awal tsb. Namun, seperti bisa dilihat pada percakapan WhatsApp antara saya, ybs. dan Gaia pada 15 Maret, saya selalu bilang apakah ide itu bisa diwujudkan tergantung pada budget dan kapasitas. Dan itu hanya sebuah ide saja, tidak pernah saya paksakan.
Pada akhirnya, semua konsep film pementasan diajukan oleh para kolaborator transpuan sendiri. Kami melakukan Zoom meeting 2 kali untuk membahas konsep film pementasan yang diinginkan oleh para kolaborator transpuan. Konsep-konsep itulah yang kami gunakan dan angkat menjadi film-film pementasan, bukan visi kreatif saya sendiri. Saya memberikan bimbingan terkait waktu syuting, budget, properti, kostum, kebutuhan musik, dan kapasitas yang kami dan tim produksi film miliki untuk mewujudkan konsep-konsep tsb.
Namun, saya menyadari bahwa dengan keterbatasan waktu untuk menggarap karya dan keterbatasan dana untuk membayar para kolaborator, saya dan InterSastra mungkin terlalu ambisius dengan apa yang kami harapkan untuk dicapai dalam mewujudkan visi para kolaborator transpuan terkait film penampilan mereka. Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh kolaborator CERITRANS yang telah mencurahkan banyak waktu, tenaga, dan upaya untuk menyukseskan CERITRANS, baik dengan menghasilkan karya kreatif maupun dengan menjalankan kerja-kerja manajerial, administrasi, media, dokumentasi, pendampingan psikologis, dll. Saya menyadari bahwa terkadang pekerjaan itu mungkin terasa membebani atau menyebabkan stres.
Selama CERITRANS berlangsung saya dan tim membuka kanal komunikasi dengan para kolaborator melalui WhatsApp dan email supaya para kolaborator dapat menyampaikan kepada kami masukan, pertanyaan, keluhan atau apa saja yang mereka rasakan selama bekerja sama. Ketika ada keluhan atau kekhawatiran yang disampaikan oleh kolaborator, kami berusaha untuk menemukan solusi yang baik dan bisa diterima oleh para pihak. Pernah ada seorang kolaborator yang menyampaikan kepada saya tentang bisakah bentuk karya yang mesti mereka hasilkan dibuat lebih simpel, dan saya mengakomodasinya. Upaya lain yang saya lakukan misalnya mengurangi daftar tugas awal tim produksi film (dokumen tertanggal 22 Maret 2021) dan mencari cara untuk mengoptimalkan budget ketika ada anggota panitia yang menawarkan untuk melakukan tugas tambahan tanpa bayaran tambahan, atau membayar suatu kebutuhan program dari kantong mereka sendiri, atau memotong bayaran mereka untuk menutupi sebuah keperluan program. Saya memperingatkan mereka untuk sebaiknya tidak melakukannya, sambil juga berterima kasih atas kemurahan hati mereka dan solidaritas mereka dengan para kolaborator transpuan, dan mencari cara hingga pada akhirnya tidak ada pembayaran anggota panitia yang dipotong.
Apabila tidak semua kolaborator merasa nyaman untuk terbuka kepada kami selama bekerja sama, saya minta maaf. Dan apabila ada kolaborator yang merasa proses diskusi atau solusi yang dihasilkan belum optimal, saya juga minta maaf. Kami berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Saya dan tim InterSastra berjanji akan mendesain program dan kegiatan yang lebih sesuai dengan budget dan waktu yang tersedia, lebih memperhatikan kapasitas semua anggota tim dan kolaborator, dan lebih sering mengecek well-being para kolaborator dan anggota tim. Pun saya akan berusaha lebih keras lagi untuk menjalin komunikasi dengan lebih erat, terbuka, dan penuh kehangatan sehingga semua kolaborator merasa nyaman dan percaya kepada saya dan tim untuk merundingkan hal-hal apa saja selama bekerja sama.
3) Tentang klaim saya mengatakan bahwa karena CERITRANS diadakan untuk tujuan baik, maka semua kolaborator harus mau dibayar serendah mungkin
Mantan anggota ybs. juga membuat klaim bahwa saya mengatakan karena CERITRANS diadakan untuk tujuan baik, maka semua kolaborator harus bersedia dibayar serendah mungkin. Sejujurnya saya tak ingat pernah berkata begitu. Saya pernah mengatakan kira-kira seperti ini: kalau beberapa kolaborator dibayar dengan 'harga solidaritas', maka mestinya semua dibayar dengan standar yang sama, supaya adil. Maksud saya adalah supaya tidak ada sebagian kolaborator yang dibayar dengan standar tinggi sementara yang lainnya dengan standar yang lebih rendah, atau bahwa standar pembayaran untuk semua kolaborator adalah sama, meski tidak sesuai standar industri, tetapi berdasarkan beban dan waktu kerja dan tanggung jawab, dan sesuai kesepakatan di kontrak.
4) Tentang desain logo Eliza Vitri & Infinity
Saya pernah berbuat kesalahan meminta desainer CERITRANS untuk mendesain logo inisiatif seni saya pribadi, Eliza Vitri & Infinity (EV&I). Waktu itu saya mengira karena desainer tersebut dipekerjakan di bawah payung EV&I, dan saya membayarnya dari dana yang dialokasikan ke EV&I, maka saya boleh saja menambahkan desain logo EV&I ke daftar tugas desainer tsb. Pada awalnya saya tidak melihat bahwa hal ini salah, dan saya pula yang memberitahu mantan anggota ybs. pada email tertanggal 29 Maret bahwa saya memberi tugas kepada desainer CERITRANS untuk merancang logo EV&I. Kemudian, pada email kepada saya, ybs. memberitahu saya bahwa tindakan itu adalah salah, tetapi saat itu saya belum menyadarinya. Kemudian, dalam Zoom meeting panitia CERITRANS pada 3 April, tim juga memberitahu saya bahwa tindakan ini adalah kesalahan, karena meskipun saya yang merekrut desainer tersebut, ia tetap bekerja untuk CERITRANS, dan meskipun ia dibayar dari porsi dana yang dialokasikan untuk EV&I, dana tsb. tetap berada dalam lingkup dana CERITRANS. Pada percakapan ini, saya pun menyadari dan mengakui tindakan itu sebagai kesalahan. Sebagai perbaikan, saya pisahkan secara eksplisit dana pembuatan logo EV&I dari dana CERITRANS sebesar Rp 500,000 (lima ratus ribu rupiah), dan saya sudah minta maaf kepada tim. Saya minta maaf lagi, kali ini kepada umum, atas kekhilafan ini dan berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi.
Memburuknya komunikasi tim karena alasan pribadi
Komunikasi antara saya dan tim memang memburuk seputar peluncuran CERITRANS pada pertengahan menuju akhir Maret. Saya sudah minta maaf kepada tim untuk peran saya dalam memburuknya komunikasi pada waktu itu, yang mengakibatkan kebingungan dan masalah terkait peluncuran CERITRANS dan pembuatan desain serta konten media sosial untuk peluncuran itu. Waktu itu saya sedang sangat tertekan, tidak hanya dengan CERITRANS, tapi juga dengan deadlines novel, kurang tidur berminggu-minggu, merawat bayi 4 bulan, depresi pasca proses melahirkan yang traumatis, berduka setelah meninggalnya nenek, serta kesehatan mental saya yang sempat goyah setelah mendengarkan cerita-cerita perih para kolaborator transpuan—saya sadar semua itu tidak bisa menjadi pembenaran, dan saya mengakui pada saat itu saya belum belajar bagaimana melakukan self-care sehingga kesulitan dan masalah pribadi tidak sampai memengaruhi kerja tim. Pemeliharaan diri, sebagai bagian dari pemeliharaan kolektif atau tim, adalah sesuatu yang banyak saya belajar untuk lakukan sejak itu.
Saya juga mengakui bahwa dalam pertukaran email saya dengan mantan anggota ybs. menjelang peluncuran CERITRANS (yang saya mulai pada 29 Maret) dan pada Zoom meeting bersama tim panitia 3 April saya sempat menanggapi kritik yang disampaikan kepada saya dengan memusatkan emosi pribadi. Ini adalah sebuah kesalahan yang kini sudah saya sadari. Untuk itu, saya minta maaf sekali lagi kepada tim dan mantan anggota ybs., and saya pun ingin berterima kasih sekali lagi kepada tim yang sudah membuat saya menyadari kesalahan ini.
Pada Zoom meeting 3 April, saya memang sempat menangis, karena saat itu saya sering dan gampang menangis karena sedang dalam kondisi rapuh, bukan untuk memanipulasi. Seperti saya katakan di atas, saya memang memusatkan emosi pribadi dan bukannya memusatkan keprihatinan para anggota tim—di situ saya salah, saya minta maaf, dan saya belajar dari pengalaman ini.
Upaya menjelaskan situasi dan mencari kejelasan dari mantan anggota ybs.
Setelah Zoom meeting itu, sepanjang 3-5 April saya memeriksa kembali email-email dan pesan-pesan saya dengan mantan anggota ybs., melakukan refleksi mendalam, dan mengakui kepada tim hal-hal yang telah saya sadari salah, meminta maaf kepada tim atas kesalahan-kesalahan itu dan berterima kasih kepada tim yang telah membantu saya menyadarinya. Saya juga meminta penjelasan tentang hal-hal yang tidak saya mengerti di mana salahnya, dan mencoba menjelaskan cara pandang, asumsi, dan pendekatan saya. Saya pun mencoba untuk meluruskan kesalahpahaman atau ketidaksamaan persepsi, dan merenungkan apa yang bisa saya lakukan ke depannya supaya kerja dan komunikasi saya dengan tim menjadi lebih baik.
Komunikasi ini, yang dilakukan melalui WhatsApp, tidaklah mudah, dan saya prihatin karena beberapa upaya saya untuk menjelaskan dan mencari kejelasan disebut sebagai misrepresentasi dan gaslighting oleh mantan anggota ybs. Saya kira lumrah dalam sebuah konflik ada perbedaan perspektif, persepsi alur kejadian, dan pendapat, dan saya menyayangkan jika ada perspektif yang berbeda dari perspektif sendiri disebut sebagai misrepresentasi dan gaslighting. Bagaimanapun, saya menanggapi klaim-klaim ybs. dengan serius. Saya memperhatikan bahwa ia merasa tidak didengar dan dimisrepresentasi. Dan saya mendedikasikan sebagian besar akhir pekan itu untuk evaluasi, refleksi sungguh-sungguh, serta merenungkan bagaimana supaya ke depannya hal-hal serupa tidak terjadi lagi.
Lantas, hanya 2 hari kemudian, pada Senin 5 April (pukul 11:52 CEST di grup WhatsApp yang terdiri dari Gaia, saya sendiri, dan mantan anggota ybs., dan diulang 17:01 CEST di grup WhatsApp panitia InterSastra-CERITRANS) saya menawarkan dan mulai mengambil langkah-langkah konkret untuk memastikan saya bisa bekerja dan berkomunikasi dengan lebih baik dengan tim dan supaya kejadian-kejadian di atas tidak terulang, antara lain:
menangguhkan penulisan novel supaya bisa fokus kerja pada CERITRANS dan tidak lagi dalam keadaan terlalu sibuk (overextended)
menjadwalkan terapi berkala dan lebih bertanggung jawab atas well-being pribadi supaya ke depannya saya berada dalam kondisi yang cukup baik untuk menanggapi kritik dan percakapan yang sulit
berkomitmen untuk mendengarkan dan berkomunikasi dengan lebih baik dengan tim, dan selalu mengambil keputusan dengan berkonsultasi kepada tim
meminta tim membuat catatan tiap meeting agar semua anggota dapat melihat lebih jelas apa yang dikatakan dan tidak terlupa poin, tugas, rencana, deadlines, dll. yang disepakati
selalu meminta anggota tim untuk melakukan review/koreksi dalam komunikasi supaya menghindari atau setidaknya meminimalisir terjadi salah persepsi atau misrepresentasi
mengadakan meeting dengan tim untuk menyamakan persepsi tentang apa itu CERITRANS, lingkup tanggung jawab masing-masing anggota tim dan mitra penyelenggara, serta peran saya di InterSastra dan EV&I
bekerja dengan terapis untuk menyadari berbagai keterbatasan pribadi saya
belajar manajemen konflik di tempat kerja
Saya minta maaf kepada mantan anggota ybs. karena pada awalnya membaca kritiknya kepada saya sebagai serangan, dan saya menjelaskan kekeliruan ini kepada tim; saya minta maaf apabila saya salah merepresentasi atau memahaminya, dan saya juga berterima kasih sebesar-besarnya kepadanya atas kritik dan masukannya, atas upaya dan energinya menjelaskan masalah yang sulit dan pelik, dan atas sumbangannya yang sangat berharga untuk memperbaiki cara kerja tim ke depannya; saya pun bertanya kepadanya apa lagi yang bisa saya lakukan untuk membuat ruang kerja internal kami menjadi aman dan sehat kembali (5 April 2021, 11:51 and 11:52 CEST di grup WhatsApp yang terdiri dari Gaia, saya sendiri, dan mantan anggota ybs.).
Saya membutuhkan dan mencurahkan waktu dan perhatian yang tidak sedikit untuk merenung dan menulis tanggapan saya di atas. Pada saat saya membagi tanggapan itu di WhatsApp, rupanya ybs. telah memutuskan untuk meninggalkan tim (ia menulis di grup WhatsApp panitia InterSastra-CERITRANS pada 5 April, 01:15 CEST). Namun, ia tidak keluar dari grup WhatsApp yang terdiri dari Gaia, saya, dan dia sendiri hingga setelah 15:29 CEST dan dari grup WhatsApp panitia InterSastra-CERITRANS hingga 16:08 CEST. Oleh karena itu, saya tidak tahu apakah ia membaca tanggapan dan tawaran-tawaran saya di atas.
Meskipun tidak pernah ada niat saya untuk salah menggambarkan, apalagi gaslight, mantan anggota ybs., dalam retrospeksi saya bisa mendengarkan dan merespons kritiknya dengan lebih profesional dan tidak take it personally. Saya minta maaf telah menyakiti mantan anggota ybs. Seperti yang saya katakan di atas, saya berkomitmen untuk mendengarkan semua anggota tim dengan lebih baik dan memproses kritik dan percakapan yang sulit dengan cara yang lebih profesional.
Setelah pengambilan langkah-langkah perbaikan tersebut mulai awal April, komunikasi dan kerja internal tim menjadi jauh lebih terbuka, lebih padu, dan lebih baik, terutama karena semua proses pengambilan keputusan dibuat dengan berkonsultasi dengan tim. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua anggota tim CERITRANS atas kerja keras, welas asih, semangat pantang menyerah, serta dukungan mereka bagi satu sama lain.
5) Klaim bahwa InterSastra tidak memiliki kolaborator yang berulang selain “inner circle” saya
Kemudian, klaim bahwa InterSastra tidak memiliki kolaborator yang berulang selain “inner circle” saya adalah salah. Saya sangat bersyukur bahwa banyak kolaborator percaya kepada kami untuk bekerja sama lebih dari sekali, dan saya sangat berterima kasih kepada para mantan kolaborator yang lantas bergabung menjadi anggota tim InterSastra. Kolaborator pada lokakarya 2013 bekerja lagi pada serial Diverse Indonesia. Kolaborator pada serial Diverse Indonesia bekerja lagi pada CERITRANS. Beberapa kolaborator pada House of the Unsilenced (HOU) bekerja lagi pada Fashion ForWords (FFW) dan menjadi anggota tim InterSastra. Beberapa kolaborator pada HOU 2018 bekerja lagi pada HOU 2019. Beberapa kolaborator pada Unrepressed dan HOU 2019 juga menjadi anggota tim. Kami pun sempat merencanakan sebuah proyek lagi bersama beberapa kolaborator pada FFW, tapi belum terwujud karena pandemi. Yang paling membuat saya tersentuh adalah seorang kolaborator Unrepressed dan kemudian CERITRANS bahkan, atas inisiatifnya sendiri, membuat dan menjual sebuah karya dan memberikan sebagian keuntungannya untuk InterSastra. "Inner-circle" atau teman-teman dekat saya justru terdiri dari beberapa mantan kolaborator. Kami belum berteman, atau belum berteman akrab, sebelum kami bekerja bersama di HOU atau serial Unrepressed, tapi kami sangat menikmati bekerja bersama hingga akhirnya kami berteman akrab.
Namun, saya sangat memahami jika pengalaman yang sangat menyenangkan itu tidak dirasakan oleh semua kolaborator. Tiap-tiap kolaborator tentu memiliki kesan dan perasaan tersendiri tentang pengalaman mereka, dan semua itu valid. Sekali lagi, saya menyadari bahwa InterSastra dan saya ambisius dalam apa yang ingin kami capai dan seringkali kami hanya dapat menawarkan dana yang sangat terbatas kepada kolaborator kami—oleh karena itu, saya memahami jika proses kerjanya dirasakan berat atau bahkan eksploitatif oleh sebagian pihak. Saya sangat berterima kasih kepada semua kolaborator CERITRANS dan InterSastra selama ini yang telah mendedikasikan begitu banyak waktu, tenaga, dan keahliannya untuk menjalankan program dan menciptakan karya-karya yang luar biasa. Saya sangat menghargai dan menghormati mereka sebagai rekan kerja dan manusia, dan saya ingin menegaskan bahwa tanpa kerja keras mereka semua proyek InterSastra tidak akan berhasil diwujudkan.
Seperti yang saya katakan di atas, ke depan saya dan tim InterSastra berkomitmen untuk merancang program dan kegiatan yang lebih sesuai dengan anggaran dan waktu yang tersedia, dan lebih memperhatikan kapasitas serta kesehatan mental dan fisik semua anggota tim dan kolaborator. Kami juga berjanji untuk bekerja lebih keras lagi untuk menumbuhkan kepercayaan dan memelihara komunikasi yang terbuka dan hangat dengan semua kolaborator, sehingga semua merasa nyaman mendiskusikan masalah apa pun yang mungkin mereka miliki tentang beban kerja, tenggat waktu, pembayaran, atau aspek-aspek lain selama bekerja sama.
Saya menyesal dan minta maaf saya tidak berhasil menciptakan pengalaman bekerja yang positif bagi mantan anggota ybs. Kini saya ingin mengundang semua kolaborator InterSastra di masa lalu, jika bersedia, untuk menyampaikan masukan kepada kami melalui formulir yang bisa diisi secara anonim ini. Kami akan sangat menghargai masukan yang disampaikan dengan jujur, konstruktif, dan penuh kasih, tentang segala aspek kerja sama kita. Saya dan tim berjanji akan memperhatikan masukan yang disampaikan dan mempertimbangkan masukan-masukan tersebut ke dalam langkah-langkah perbaikan yang akan kami ambil mulai sekarang. Kami akan bekerja sekeras kemampuan untuk memelihara rasa percaya, komunikasi yang jelas dan terbuka, serta suasana kerja yang aman dan menyenangkan.
6) Klaim saya dan InterSastra bersikap sebagai juru penyelamat (saviourism)
Soal apakah saya bersikap sebagai juru penyelamat (saviourism), hal itu hanya bisa dinilai oleh para mitra komunitas dan kolaborator. Motivasi saya sendiri adalah: saya merintis InterSastra dan proyek-proyek asuhannya karena merasa ancaman, diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan yang dihadapi oleh anggota masyarakat yang dipinggirkan adalah juga mengancam dan menyangkut kita semua, secara luas. Kita semua memiliki peran untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, aman, dan inklusif. Sebagai perempuan dan penyintas kekerasan seksual, saya pun pernah merasakan sendiri bagaimana rasanya didiskriminasi, diabaikan, dibungkam, dan diserang, dan karena saya pencinta seni, saya ingin menggunakan kreativitas untuk mendobrak ketidakadilan yang saya alami dan bekerja bersama rekan-rekan yang juga ingin memberontak melawan ketidakadilan yang mereka alami. Saya percaya bahwa masyarakat yang lebih adil dan manusiawi akan menguntungkan kita semua, dan masyarakat di mana kekerasan dibiarkan dan marjinalisasi sebagian kelompok dinormalkan akan merugikan kita semua.
Saya yakin jika semua diberikan kesempatan, maka semua bisa menceritakan kisahnya sendiri. Saya percaya pada keampuhan kisah dan menulis untuk menyelamatkan hidup, menguatkan diri dan komunitas, membuka pikiran, memupuk empati, dan mewujudkan masyarakat yang lebih peduli dan adil-setara. Karena itulah, saya terus berkomitmen, secara pribadi dan melalui InterSastra, untuk mendukung upaya-upaya agar semua dapat mengangkat kisah mereka.
Izinkan pula saya mengambil kesempatan ini untuk minta maaf atas kekurangan saya pada masa lalu. Ada saatnya ketika saya bersikap eksklusif, saya sempat berpikir hanya ada satu standar untuk menilai kualitas karya, saya pernah sombong dan merasa lebih baik dari yang lain, pada lain waktu saya terlalu insecure untuk angkat bicara, menegaskan boundaries pribadi, atau meminta tolong. Saya keras kepada diri sendiri, maka saya keras kepada orang lain, dan beberapa kali kurang sensitif terhadap kebutuhan mereka. Saya sering terlalu ambisius dan kurang sadar akan kapasitas pribadi. Saya sangat berterima kasih kepada para anggota tim dan kolaborator InterSastra dulu dan sekarang yang membuat saya semakin menyadari kekurangan-kekurangan saya dan membantu saya menjadi pekerja seni dan manusia yang lebih baik.
Setelah saya menyadari hal-hal di atas, saya mencoba memperbaiki diri dan mengubah InterSastra dari sebuah inisiatif sastra yang hanya mementingkan kualitas karya, menjadi sebuah inisiatif seni yang mengupayakan inklusivitas. Saya tidak sempurna, tetapi saya berusaha dengan tulus untuk menjadi lebih baik.
Saya berkomitmen akan terus mendengarkan kritik, melakukan interogasi diri, dan mengambil langkah-langkah konkret untuk perbaikan diri, semuanya dengan cara yang penuh welas asih kepada sendiri dan orang lain. Langkah-langkah konkret tsb. antara lain:
lebih sadar akan kapasitas pribadi dan tim, dan tidak merancang kegiatan dengan terlalu ambisius
tidak lagi merencanakan dan mengerjakan dua atau lebih proyek kreatif pada saat yang sama
memelihara komunikasi terbuka dan profesional dengan semua kolaborator dan anggota tim, dan terus berkonsultasi dengan tim dalam pengambilan keputusan
lebih bertanggung jawab atas boundaries dan kondisi pribadi, menjalankan self care sebagai bagian dari collective care
terus berupaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang aman, menyenangkan, dan penuh rasa percaya bagi semua anggota tim dan kolaborator
Saya percaya perubahan sejati terjadi ketika seseorang ditantang dan juga didukung. Saya berterima kasih sebesar-besarnya kepada semua yang telah mendukung saya dan tim InterSastra dalam melalui masa cobaan ini. Saya telah belajar banyak sekali dari pengalaman ini, dan saya harap setelah ini saya akan menjadi manusia dan pekerja seni yang lebih baik.
Akhir kata, apa pun yang kawan-kawan pikir tentang saya atau InterSastra, saya harap tidak mengurangi apresiasi dan dukungan kalian terhadap karya-karya para kolaborator kami selama ini: para penulis dan penerjemah di serial Unrepressed dan Diverse Indonesia, para penyintas kekerasan berbasis gender di HOU, para buruh dan kelompok kreatif di FFW, dan para transpuan di CERITRANS. Kawan-kawan yang tetap percaya kepada saya dan InterSastra, dan ingin terus bekerja sama, kami akan buktikan kepada kalian kinerja dan etika kami.
Terima kasih.
Eliza Vitri Handayani
———
INTERSASTRA’S FOUNDER’S STATEMENT
26 September 2021
This statement is in regard to the claims and allegations made about me and InterSastra by a former member of InterSastra and the CERITRANS (Trans Stories Transcending Borders) committee on Twitter in June 2021. The statement of InterSastra as an organization, which discusses the allegations that are not discussed here, has been made separately to represent the InterSastra team and can be read on this other webpage.
The InterSastra team and I take those claims and allegations very seriously. I make this statement personally and as InterSastra's founder in response to those claims as well as in an effort to be accountable and transparent to the public and all who have supported InterSastra and myself.
I made this statement after gathering evidence in the form of contracts with donor and collaborators, recordings of communications with various parties via WhatsApp and email, as well as other relevant documents; completion of reporting on the CERITRANS program to the donor; internal evaluation with the CERITRANS committee and the InterSastra team; collecting input from CERITRANS collaborators; as well as careful reflection and writing, taking into account the physical and mental health of myself and all team members. I will respond to the issues raised one by one.
Background to the CERITRANS project
The former member mentioned above joined InterSastra in January 2020 (not "a few years ago" as they claimed). Previously they had come as a guest at a dance workshop and a discussion with community partners in November and December 2019. After giving their consent, the now former member officially joined the InterSastra team and our internal WhatsApp group on 12 January.
In August 2020, InterSastra, represented by myself and Gaia (a member of the InterSastra team), had a discussion with Sanggar Swara, in which Swara expressed a desire to write monologues based on the stories of members of their trans women community and create a "smart and spectacular" trans festival by showcasing their talents, such as dancing, singing, and make-up. In November 2020, I received information about a grant that might be used to realize the idea for the festival, so I, Gaia, and the former member above wrote a proposal and budget to apply for the grant. At that time, we only had one week before the deadline. We translated Swara's desire to develop the trans festival as a series of writing workshops to craft monologues or stories, performance workshops, and a series of filmed performances, because during the pandemic it is impossible to hold an off-line festival. The CERITRANS grant proposal was jointly written by Gaia, myself and the former team member, and the three of us agreed on the proposed activities and budgets together. We received confirmation of our successful grant application from the donor in December 2020.
The series of activities according to the proposal and the contract were: 10 sessions of writing and performance workshops, and a digital library/website that included the resulting written works and filmed performances. The written works were illustrated, translated, published, and printed as posters complete with QR codes linking to the filmed performances, and distributed in Indonesia and the UK. The creative process was also documented in the form of photos and videos, and publicized through social media and a media campaign. The committee also provided a psychological first-aid team for trans women collaborators, conducted an impact assessment, provided sign language interpreters and other access needs as required, and carried out a launch event and a public discussion. According to the grant requirements, all activities must have been completed by the end of June 2021.
Division of tasks between InterSastra and my arts initiative, Eliza Vitri & Infinity
In accordance with the contract, InterSastra team's (including the former member above) duties were: providing a psychological first-aid team; organizing public discussion events; organizing media and social media campaigns; translation; helping print and disseminate posters; assisting in costume design and makeup for performances; and impact assessment. My arts initiative, Eliza Vitri & Infinity, was in charge of recruiting and supervising creative collaborators such as performance director, film crew, website developer, illustrator and translators; conducting prose writing workshops; mentoring participants in writing and editing their works; organizing printing and dissemination of posters; as well as documenting the written works and filmed performances on its website (CTC SEA 2020 ID 0141).
In practice, some of the division of tasks between InterSastra and my arts initiative above was quite mixed, as we tried to help one another, although I was still primarily responsible for recruiting and supervising the work of creative collaborators. For example, we jointly designed ethical guidelines and other documents, searched for speakers for launch and discussion events, created impact assessment surveys, and supervised the work of the website developer. Gaia and the former team member also took up some additional tasks, partly because of their own initiative and commitment to the proper, careful, documented, and ethical implementation of the CERITRANS program. For example, they helped approach the media team, documentation team and film production team, kept close communication with the trans women collaborators, and helped create and supervise some social media content. I am aware that their work, coupled with their responsibilities as InterSastra's co-captains at the time and liaisons for several InterSastra collaborators, was certainly not easy, and I appreciate their work very much.
The communication between the three of us as the core team of InterSastra and the CERITRANS program was not always perfect, but it was ongoing. And at the beginning of the program this team communicated several issues, which later became lessons for me, as I will explain below.
Claim No. 1: Unilateral decision-making and promised payment without consulting budget
In the early/preparation period of the CERITRANS program, at the end of January, I hired two collaborators, according to my task of recruiting creative collaborators. Although the team and I had agreed on the people who would be hired for these roles, I formulated on my own their scope of work, which I considered necessary for program implementation and commensurate with the amount of funds in the budget that we’d made when preparing the grant proposal (the initial version of the budget). Although I did it with the best intentions for the smooth running of the program and for our teamwork—I was trying to observe the division of work and the agreed timeline and hiring deadline—I have since realized that by not involving the team and not communicating clearly to the team the details of the agreement with the two collaborators, I actually caused confusion and problems later on. The deterioration of communication with the team will be discussed further after point number 4 below. I have apologized to the team for this oversight, and going forward I will remember to involve the team in formulating agreements with collaborators.
Regarding the claim that I promised payment to a collaborator without consulting the budget: when I hired that collaborator in late January, I checked the budget we had created when preparing the grant proposal. I offered the payment amount stated in the initial version of the budget. Later, the team informed me that there had to be an adjustment in the budget and the collaborators' rates to be more in line with the available funds and the scope of work required. The budget and collaborators' rates adjustment was indeed a long discussion, but in the end we agreed to adjust the budget. This decision was made because with the available funds, we couldn't afford to pay team members and collaborators according to industry standards, therefore team members' and collaborators' payment rates were determined using a sliding scale based on workload, length of work period, as well as experience and scope of responsibility. After the adjustment, I spoke to the collaborator whose promised rate had to be adjusted, and she said that she understood. Moving forward, I will remember to let the team know before finalizing agreement with outside collaborators, in case there are still issues to be discussed.
After that experience, the budget adjustment, formulation of collaborators’ scope of work, as well as hiring process were discussed with all members of the CERITRANS committee.
Claim No. 2: Developed CERITRANS program beyond team’s capacity and budget
CERITRANS's scope of activities and outputs remained in accordance with our initial agreement and the contract: prose and poetry writing workshops, performance workshops, translation and publication of written works on a website/digital library, filmed performances of the written works, and posters containing short versions of the written works, complete with illustrations and QR codes linking to the filmed performances.
I regretted that I wasn't able to attend the initial meeting with the prospective film production team, and I did once offer a concept idea for the filmed performances which could be more complex or more expensive than the one offered at the initial meeting. However, as can be seen in the WhatsApp conversation between the former member, Gaia, and myself on March 15, I always said that whether or not the idea could be realized depended on the budget and the team's capacity. And it was just an idea, I never forced it on the team.
In the end, all the concepts for the filmed performances were submitted by the trans women collaborators themselves. We held two Zoom meetings in which the trans women collaborators conveyed and discussed their ideas with the production team. Those were the concepts that we used for the filmed performances, not my own creative vision. I provided guidance regarding our budget and capacity to realize those concepts, shooting time, lighting and music needs, costumes, and props.
However, I realize that, given the limited time we had to complete the works and limited funds to pay our collaborators, InterSastra and I may have been too ambitious with what we hoped to achieve with CERITRANS in realizing our trans women collaborators' visions for their performances. I acknowledge, respect, and am grateful to all CERITRANS collaborators who devoted a huge amount of time, energy, and effort to the success of CERITRANS, by producing creative works and by carrying out managerial, administrative, media, documentation, psychological first-aid works, etc. I recognize that at times the work might feel burdensome or stressful.
During CERITRANS, we opened communication channels with collaborators via WhatsApp and email so that they could convey concerns, questions, or input to us. When collaborators raised a concern, we tried to find a solution that worked for all the parties. There was a collaborator who asked me if they could submit work in a simpler form, and I accommodated it. Other efforts included reducing the proposed task list of the film production team (document dated 22 March 2021) and finding ways to optimize the budget when committee members offered to do additional things for no extra pay, or to pay for a program expense out of their own pocket, or to cut their payment to cover a program expense. I cautioned them against it, while also thanking them for their generosity and solidarity with the trans women collaborators, and found ways so that in the end no committee members’ payment was cut.
If not all collaborators felt comfortable coming to me or the team with their concerns, I apologize. Or if there are collaborators who feel that the discussion process regarding their concerns or the resulting solutions were not satisfactory, I also apologize. We are committed to becoming better. From now on, the InterSastra team and I will design programs and activities that are more in line with the budget and time available, pay more careful attention to the capacity of all team members and collaborators, and check in more often with all collaborators and team members regarding their well-being. I also promise that I will try even harder to nurture open and warm communication so that all collaborators trust and feel comfortable with myself and the InterSastra team to be open with us regarding any input, complaints, or any issue they may have about our working together.
Claim No. 3: All collaborators should be willing to be paid as low as possible
The former member also alleged that I said because the CERITRANS program was held for a good cause, then all collaborators should be willing to be paid as low as possible—in all honestly I don't remember ever saying that. I did say something like this: if some collaborators are paid at a "solidarity rate", then all should be paid with the same standard, in order to be fair. What I meant by this was that the standard of payment to all collaborators should be the same, there shouldn’t be some collaborators paid with a higher standard while others are paid with a lower standard. Although the payment is not according to industry standard, it is according to their workload, length of work period, and scope of responsibilities, and in accordance with the agreement in the contract.
Claim No. 4: Regarding Eliza Vitri & Infinity logo design
I did make the mistake of asking the CERITRANS graphic designer to design the logo of my art initiative, Eliza Vitri & Infinity (EV&I). At the time I thought that since the designer was employed under EV&I, and her payment comes from the funds allocated to EV&I, then I was allowed to add the EV&I logo design to the designer's to-do list. At first I didn't see that this was wrong, and I was the one who told the former member above on an email dated 29 March that I had assigned the CERITRANS designer to design the EV&I logo. Then, in another email to me, the former member told me that what I did was wrong, but I didn't realize it at the time. After that, at the Zoom meeting with the CERITRANS committee on April 3, the team further explained to me that this action was a mistake, because even though EV&I recruited the designer, she still worked for CERITRANS, and even though she was paid from the portion of the funds allocated to EV&I, those funds remained within the scope of the CERITRANS program. In this conversation, I realized and admitted to the team that my action above was a mistake. Then I clearly separated the funds for the EV&I logo design from the CERITRANS funds (five hundred thousand rupiahs or 35 USD), and I apologized to the team. I apologize again, this time publicly, for this mistake and promise never to do it again.
Deterioration of team communication due to personal reasons
Communication between the CERITRANS team and myself did deteriorate around the launch of CERITRANS in mid to late March. I have apologized to the team for my role in the poor communication at the time, which resulted in confusion and problems regarding the launch of CERITRANS on March 31 and the creation of social media content for that launch. At that time, I was very stressed, not only with CERITRANS, but also with deadlines for my novel, and I was struggling with weeks of lack of sleep, caring for a four-month old baby, postpartum depression after a traumatic birth, and grieving after the death of my grandmother. My mental health was also shaken after listening to the painful stories of CERITRANS' trans women collaborators. I realize that all of that is not an excuse—I admit that at that time I had not learned how to care for myself so that my personal difficulties and problems would not affect teamwork. Self-care, as part of collective care, is something that I’ve been learning to do since then.
I also admit that in my email exchanges with the former member nearing the launch of CERITRANS (which I initiated on March 29) and during the Zoom meeting with the committee on April 3, I emotionally centered myself in my responses to the concerns and criticism that was presented to me by the former member and the team. This was a mistake that I have now realized. I’d like to apologize once again to the team and the former member, and I also want to thank the team again for making me see that mistake.
At the April 3 Zoom meeting, I did cry, not to manipulate anyone, but because at that time I often and easily cried as I was in a fragile condition. As I said above, in that conversation I did focus on my personal emotions rather than centering the concerns of my team members—here I was wrong, I'm sorry and I've learned from that experience.
Efforts to explain the situation and seek clarification from the former member
After that Zoom meeting, during 3-5 April I rechecked my emails and messages with the former member above, reflected hard and deeply, and admitted to the team the things that I realized were wrong, apologized to the team for those mistakes and thanked the team for helping me see them. I also asked for clarification on the things that I didn't understand, and explained my perceptions, assumptions, and where I was coming from. I tried to clear up any misunderstandings or misperceptions, and contemplated what I could do in the future to improve communication, my work practices, and my relationship with the team.
The communications, done via WhatsApp, were not easy, and I was concerned that some of my efforts to explain, ask for clarification, and reflect were called misrepresentation and gaslighting by the former member. I think it is natural that during a conflict there are differences of perspectives, perceptions of events, and opinions, and I regret if any perspective different from one’s own was called misrepresentation and gaslighting. Nevertheless, I took the allegations very seriously. I noted that the former member felt unheard and misrepresented. I dedicated most of that weekend to evaluating where I’d gone wrong and considering what I could do to ensure that moving forward those things would never happen again.
Then on Monday April 5 (11:52 CEST in the WhatsApp group consisting of Gaia, myself, and the former member, and repeated 17:01 CEST in the InterSastra-CERITRANS committee WhatsApp group) I offered and started taking concrete steps to ensure that I would be able to work and communicate better with the team and that the mistakes above not happen again, including:
suspend writing my novel in order to focus on CERITRANS and avoid being overstretched again
schedule regular therapy sessions, and take more personal responsibility for my own well-being, so that going forward I will be in a better place to respond well to criticism and difficult conversations
commit to listening and communicating better with the team and to always making decisions in consultation with the team
have a team member take notes of each meeting so that all team members can see more clearly what was said and discussed, and can remember tasks, plans, deadlines, etc. more easily
always ask team members to review and correct communications in order to avoid or at least minimize misperceptions or misrepresentations
plan and hold a meeting with the team to clarify perceptions about CERITRANS, the scope of responsibility of each team member and organizing partner, and my role in InterSastra and EV&I
work with a therapist to be more aware of my personal limitations
learn conflict management in the workplace
I also apologized to the former member for initially misreading their criticism of me as an attack and I explained this to the team; I apologized to the former member if I had misunderstood or misrepresented them and thanked them very much for their criticisms and input, for their taking the time and attention to clarify such difficult, tangled issues, and for their valuable contribution to improving our teamwork in the long run; I also asked them what else I could do to make our internal work space safe and nurturing again (5 April 2021, 11:51 and 11:52 in the WhatsApp group consisting of Gaia, myself, and the former member).
I needed and gave a lot of time and attention into reflecting and writing my response above. When I shared it on WhatsApp, however, I saw that the former member had decided to leave the team (they wrote so in the InterSastra-CERITRANS committee WhatsApp group on 5 April, 01:15 CEST). Nevertheless, they didn’t exit the WhatsApp group consisting of Gaia, myself, and the former member until after 15:29 CEST and the InterSastra-CERITRANS committee WhatsApp group until 16:08 CEST. Hence, I don’t know if they read my response and offers above.
While it was never my intention to misrepresent, let alone gaslight, the former member, in retrospect I certainly could have done better in listening and responding to their concerns—I should have taken their criticsm less personally and more professionally. I’m sorry that I hurt the former member. As I said above, from now on I commit to listening better to team members and to processing criticisms and difficult conversations in a more professional manner.
After my taking the steps mentioned above, starting in early April, the team's internal communication and dynamics became much more open and cohesive, especially since all decision-making processes were made in consultation with the team. Again, I'd like to thank the CERITRANS team for its hard work, compassion, persistence, and kind support for one another.
Claim No. 5: InterSastra has no repeat collaborators other than my ‘inner circle’
The claim that InterSastra has no repeat collaborators other than my ‘inner circle’ is false. I am immensely grateful that we have been blessed with many repeat collaborators, and also thankful to the many former collaborators who have joined the InterSastra team. A collaborator at the 2013 workshop worked again on the Diverse Indonesia series. A collaborator on the Diverse Indonesia series worked again at CERITRANS. Several collaborators at the House of the Unsilenced (HOU) worked again on Fashion ForWords (FFW) and became members of the InterSastra team. A couple of collaborators at HOU 2018 worked again at HOU 2019. A couple collaborators at Unrepressed and HOU 2019 also became team members. We also planned another project with several collaborators at FFW, but it has not proceeded due to the pandemic. What touched me the most was that a collaborator working on Unrepressed, and later CERITRANS, on her own initiative created and sold a work and gave a portion of the profits to InterSastra. My ‘inner-circle’ or close friends actually consist of several former collaborators. We weren't friends, or weren't close friends, before we worked together on HOU or the Unrepressed series, but we enjoyed working together so much that we became close friends.
However, I understand if not all collaborators enjoyed such a positive experience. Each collaborator must have their own impressions and feelings about their experience, and all of those impressions and feelings are valid. Once again, I’m aware that InterSastra and I are ambitious in what we want to achieve and often we could only offer very limited funds to our collaborators—therefore I understand if some collaborators may feel the work process to be heavy or even exploitative. I am very grateful to all CERITRANS collaborators and all past InterSastra collaborators who have contributed so much of their time, energy, and expertise to run programs and create extraordinary works. I value and respect them very much as colleagues and human beings, and I acknowledge that without their hard work all of InterSastra’s projects wouldn’t have been realized successfully.
As I said above, moving forward the InterSastra team and I are committed to designing programs and activities that are more in line with the budget available and to paying more careful attention to the capacity and well-being of all team members and collaborators. I also promise to work even harder to cultivate trust and nurture open and warm communication with all collaborators, so that all collaborators feel comfortable discussing any issues they may have about workload, deadlines, payment, or any other aspect of our working together.
I'm sorry I failed in creating a positive work experience for the former member above. Now I would like to invite all past InterSastra collaborators, if they are willing, to provide us with feedback via this form, which can be submitted anonymously. We would appreciate clear and honest feedback, delivered constructively and with kindness, on all aspects of our collaboration. My team and I promise to pay attention to the input submitted and to consider this input in taking steps to improve our work processes from now on. We will work to the best of our ability to create a safe and enjoyable working environment for all collaborators.
Claim No. 6: InterSastra and I acted with a saviourism mentality
As to whether I acted with a saviourism mentality, that can only be judged by our community partners and collaborators. My own motivation is: I started InterSastra and its projects because I believe that the threats, discrimination, intolerance and violence faced by the marginalized members of our society are also affecting all of us, at large. We all have a role to play in creating a more just and inclusive society. As a woman and survivor of sexual violence, I too have experienced how it feels to be discriminated against, ignored, dismissed, hushed, and attacked, and since I am a writer and an arts worker I want to use my creativity to fight against the injustices that I’ve experienced and to work with others who also want to rebel against the injustices that they’ve experienced. I believe that a more just and inclusive society will benefit us all, and a society where violence is allowed and marginalization is normalized will harm us all.
I believe that if everyone is given a chance, then everyone can tell their own story. I believe in the power of writing one’s stories to save lives, strengthen self and community, open minds, cultivate empathy, and create a more caring and fair society. For this reason, I continue to commit, personally and through InterSastra, to supporting efforts so that all can tell their stories.
Let me also take this opportunity to apologize for my shortcomings in the past. There were times when I was exclusive, I thought there was only one standard to judge the quality of artistic or literary works, at times I was arrogant and thought I was better than others, at other times I was too insecure to speak up, assert my personal boundaries, or ask for help. I am hard on myself, so I’ve been hard on others, and sometimes insensitive to their needs. I've often been overly ambitious and unaware of my personal limitations. I am very thankful to the past and present InterSastra team members and collaborators who have made me more aware of my shortcomings and helped me become a better artist and human being.
After I realized the shortcomings and limitations above, I tried to improve myself and transformed InterSastra from a literary initiative that focuses solely on the quality of the work to an arts initiative that works for inclusivity. I am not perfect, but I am sincerely trying to be better.
Moving forward, I will continue to listen to criticism, conduct self-interrogation, and take concrete steps to improve, all in a way that is compassionate towards myself and others. Some of the concrete steps are:
be more aware of personal and team capacities, and do not design activities too ambitiously
no longer plan or work on two or more creative projects at the same time
maintain open, warm, and professional communication with all collaborators and team members, and continue to consult the team in making decisions
be more responsible for personal conditions and draw clearer personal boundaries, practice self-care as part of collective care
continue to work to create a work environment that is safe, enjoyable, and full of trust for all team members and collaborators.
I believe true change occurs when one is challenged as well as supported, and I am deeply grateful to all who have supported me and the InterSastra team through this trying time. I have learned so much from this experience, and I hope to move forward as a better person and arts worker.
Finally, whatever you may think about me or InterSastra, I hope it doesn't lessen your appreciation and support for the works of our collaborators, writers and translators in the Unrepressed and Diverse Indonesia series, the survivors of gender-based violence in HOU, the workers and creative groups in FFW, and the trans women in CERITRANS. If you decide to still trust me and InterSastra and want to work together, I and we will prove to you our professionalism and our ethics.
Thank you.
Eliza Vitri Handayani