Lomba Menulis Kreatif

Apa kabar, para penulis muda Indonesia?

Yuk ikut SAYEMBARA MENULIS prosa dan puisi bersama InterSastra!

Kirimkan cerpen maksimal 2500 kata atau 5 lembar puisi ke intersastra at gmail dot com, disertai foto atau pindaian bukti pembayaran biaya pendaftaran. Karya mesti belum pernah diterbitkan di media lain. TEMA: keberanian. Apa makna keberanian bagimu? Apa yang membuatmu takut dan apa yang membuatmu sanggup menghadapi ketakutanmu? Ingin menceritakan kisah seseorang yang berani? Dari mana engkau menimba keberanian? Dan masih banyak lagi cara memaknai keberanian—terserah kepadamu.

Biaya pendaftaran Rp 100.000 per cerpen/kumpulan puisi, kirim ke Bank Mandiri nomor rekening 166-00-0046329-9 a/n Noerhayati, atau melalui PayPal:

Karya dan biaya mesti dikirim selambatnya 31 Oktober 2016.

Donasi yang terkumpul akan digunakan InterSastra dalam upaya menentang pemberangusan buku dan pembubaran paksa acara diskusi dan kesenian yang kembali marak di Indonesia sejak tahun lalu.

Pemenang dipilih oleh M. Aan Mansyur, Triyanto Triwikromo, Eliza Vitri Handayani, and Tia Setiadi. Karya pemenang akan diterjemahkan ke bahasa Inggris dan diterbitkan oleh InterSastra. Sepuluh karya terbaik pada tiap kategori akan dipertimbangkan untuk diterbitkan sebagai buku antologi. Setelah peserta pada masing-masing kategori melebihi 40 orang, pemenang menerima Rp 2,000,000 bagi kategori fiksi dan puisi.

Para pemenang dan 10 karya terbaik diumumkan akhir November 2016. Jangan risih dengan biaya pendaftaran, ya. InterSastra ingin menjadi komunitas dari, oleh, dan untuk bersama - jadi kita semua menyumbangkan sesuatu dan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini, penulis menyumbangkan uang dan mendapat masukan dari tim redaksi; tim redaksi menyumbangkan keahlian dan mendapat dana untuk aktivitas selanjutnya.

Terima kasih atas dukungan anda.

PROFIL JURI:

M. AAN MANSYUR menulis, antara lain, Aku Hendak Pindah Rumah (2008), Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (2012), Kukila (2012), Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia (2014), Melihat Api Bekerja (2015) yang meraih nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa 2015, dan Tidak Ada New York Hari Ini (2016). Ia menulis puisi-puisi untuk karakter Rangga dalam film Ada Apa dengan Cinta 2. Ia juga seorang pustakawan, mengelola perpustakaan Katakerja di Makassar.

TRIYANTO TRIWIKROMO adalah redaktur sastra Harian Umum Suara Merdeka dan dosen penulisan kreatif fakultas sastra Universitas Diponegoro, Semarang. Buku-bukunya antara lain Ular di Mangkuk Nabi (2009), Surga Sungsang (2014), Kematian Kecil Kartosoewirjo (2015), dan Bersepeda ke Neraka (2016). Pada 2014-16 meraih nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa. Cerpen-cerpennya diterjemahkan ke bahasa Inggris dan diterbitkan dalam A Conspiracy of God-killers (2016). Beberapa karyanya telah diangkat menjadi lukisan, drama, lagu, dan sinetron.

ELIZA VITRI HANDAYANI menulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Novelnya From Now On Everything Will Be Different diterbitkan Vagabond Press, Australia. Cerpen dan artikel karyanya telah dimuat di Koran Tempo, Jakarta Post, Griffith Review, Asia Literary Review, Exchanges Journal, Magdalene, Inside Indonesia, dan lainnya.

TIA SETIADI adalah penulis sajak, esai, dan penerjemah karya sastra. Kumpulan sajak perdananya Tangan yang Lain mendapat Mastera Award 2013. Esai-esai dan kritik sastranya meraih sejumlah penghargaan di antaranya Horison Award, DKJ Award, Pena Kencana Award. Ia telah menerjemahkan karya-karya Poe, Whitman, Munro, Chomsky, dan banyak lainnya.


PENGUMUMAN PEMENANG

10 November 2016

Sahabat InterSastra,

Berikut pengumuman pemenang Lomba Menulis Kreatif InterSastra bertema Keberanian. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah berpartisipasi. Terima kasih kepada para juri.

Juri menerima 9 naskah total, 7 cerpen dan 2 puisi. Naskah-naskah yang kami terima banyak memiliki potensi dan cukup bervariasi. Naskah-naskah tersebut mengangkat berbagai tema dan genre, mulai dari kisah anak hingga kisah rumah tangga hingga kisah misteri yang fantastis. Arwah perempuan, singa yang dapat ditunggangi, dan ulat bulu yang berbicara adalah sebagian dari tokoh-tokoh menarik yang ditampilkan dalam naskah-naskah itu.

Tema keberanian pun menjelma berbagai tafsir: seorang anak yang menentang tabu adat untuk menguak rahasia di hutan terlarang; seorang perempuan yang memilih terus hidup untuk menceritakan siksa ayah tirinya kepadanya; seorang perempuan yang memutuskan berhenti dari pekerjaannya yang stabil tapi membosankan, demi mengejar cita-cita; sampai seorang perempuan yang memutuskan untuk memberitahu perasaannya kepada laki-laki yang disukainya. Semua hal itu membutuhkan keberanian.

Meskipun naskah-naskah itu memiliki banyak potensi, belum semuanya direalisasikan seratus persen. Sebagai pemenang, tim juri memilih naskah yang dianggap paling berpotensi. Karena naskah-naskah tersebut dinilai masih perlu diperbaiki sebelum dapat diterbitkan, maka para juri pun memutuskan daripada langsung memberi hadiah berupa penerbitan dan terjemahan, pemenang menerima masukan dan catatan untuk perbaikan dari juri. Kami mohon maaf untuk ini dan berharap keputusan ini dapat diterima.

Kemudian, karena peserta lomba tidak mencapai 40 orang, maka kami tidak dapat memberi hadiah berupa uang. Semoga hal ini dapat dimaklumi. Donasi yang terkumpul, sebesar Rp 900.000 (sembilan ratus ribu rupiah) akan kami gunakan untuk menutup sebagian pembiayaan situsweb ini pada 2015-2016, di mana teman-teman bisa membaca karya-karya para penulis di serial Sastra Berani atau yang kemudian disebut Defiant Voices.

Pemenang untuk kategori cerpen adalah "Kesaksian" oleh Mukhid.

Pemenang untuk kategori puisi adalah "Petani" karya Dinar Pujiwinarti Sukamto.

Selamat kepada para pemenang!

 

Terima kasih sekali lagi kepada semua yang telah berpartisipasi dan kepada tim juri.

Eliza Handayani4 Comments