Poems by Zaim Rofiqi

SPIDER

1

As the clock approaches midnight,
while tidying the books scattered in the reading room,
the librarian is surprised to see an enormous spiderweb
covering the length and height of the stacks.

He moves towards the web and mused:

“How soft and translucent are these threads
so that I who have been here a long time
did not realize they were here before now.”

He puts down the books, and with both hands he destroys the web.

The next day,
as he opens the library doors,
and sees the spiderweb has spread itself all over the stacks again.

 

2

As he never succeeds to destroy the spiderweb,
the librarian becomes exasperated,
and with a rage that boosts his strength,
he ransacks the library,
looking for the spider’s hiding place.

An hour, a day, a month, a year, a decade:

He never finds it.

 

3

Tonight, in a corner of a library in disarray,
the librarian cracks his head,
and finds a giant spider nesting there.
Slowly, he kills it,
but he leaves its web
undisturbed:

“Let time
be the one that destroys it.”

Moments later,
after he has finished tidying the books
that were scattered all over the place,
he falls asleep,
and dreams of weaving an enormous spiderweb
that covers the entire universe
of the library.

 

 

© Zaim Rofiqi

Translation © InterSastra


LABA-LABA

 

1

Menjelang tengah malam, saat membereskan buku-buku yang ada di ruang baca, sang penjaga perpustakaan itu terkejut saat menyadari bahwa sebuah jejaring laba-laba raksasa telah membentang di seantero perpustakaan itu.

Ia mendekati jejaring itu, dan tercenung di depannya:

“Betapa halus dan transparan jejaring laba-laba ini
hingga aku yang telah lama di sini
sama sekali tak menyadari keberadaannya.”

Dan ia pun meletakkan buku-buku yang ia pegang, lalu dengan kedua tangannya ia hancurkan jejaring kawa-kawa itu.

Keesokan harinya,
saat membuka pintu perpustakaan itu,
ia melihat jejaring laba-laba itu telah kembali terentang di sana.

 

2

Karena tak juga berhasil memusnahkan jejaring laba-laba itu,
sang penjaga perpustakaan itu pun murka,
dan dengan amarah yang melipatgandakan tenaga,
ia obrak-abrik perpustakaan itu,
mencari di mana tempat persembunyian laba-laba itu.

Sejam, sehari, sebulan, setahun, sewindu

Tak juga ketemu.

 

3

Malam ini, di sudut sebuah perpustakaan yang porak-poranda,
ia memecah kepalanya, dan menemukan seekor laba-laba raksasa bersarang di sana.
Perlahan, ia pun membunuhnya,
tapi ia biarkan mengambang,
jejaringnya:

“Biar saja masa
yang memusnahkannya.”

Tak berapa lama kemudian,
setelah kembali merapikan serakan buku-buku itu,
ia pun terlelap
dan bermimpi menyulam jejaring laba-laba
yang terentang di seantero semesta
perpustakaan itu.

 

© Zaim Rofiqi